Perbedaan Flexing Dan Personal Branding, Jangan Terjebak!
Perbedaan Flexing Dan Personal Branding - Pada era digitalisasi ini, media sosial kini telah menjadi ruang yang digunakan untuk berbagai tujuan. Dengan pertumbuhan teknologi dan peningkatan akses internet, media sosial sekarang bukan hanya tempat untuk berinteraksi, tetapi juga tempat untuk memperlihatkan identitas diri.
Dalam prosesnya, beberapa orang mungkin menggunakan media sosial ini untuk tujuan yang tidak bermanfaat atau memamerkan apa yang mereka miliki, yang sering kali dikenal dengan istilah "flexing". Namun, di sisi lain, ada juga orang yang memanfaatkan media sosial sebagai platform untuk membangun merek pribadi mereka atau apa yang kita kenal sebagai "personal branding".
Apa sih istilah "flexing"? Flexing berasal dari kata bahasa Inggris 'flex' yang berarti menunjukkan atau memamerkan. Dalam konteks media sosial, flexing berarti memamerkan kekayaan, prestasi atau gaya hidup mewah kepada publik. Banyak orang melakukan hal ini untuk mendapatkan pengakuan dan validasi dari orang lain.
Sebagian besar orang melakukan "flexing" untuk membangun citra tertentu di mata publik, biasanya citra yang menunjukkan bahwa mereka berhasil atau memiliki gaya hidup yang diidamkan banyak orang. Menurut warganet, perilaku ini dapat menjadi toksik dan menyebabkan tekanan sosial.
Selain itu, apa sih istilah "personal branding"? Personal branding adalah proses membangun merek diri sendiri untuk mempromosikan diri dan karir Anda. Ini melibatkan penentuan jati diri dan diferensiasi diri dari orang lain.
Personal branding digunakan untuk memperlihatkan nilai-nilai, keahlian, dan passion seseorang ke dunia luar. Ini digunakan oleh banyak profesional dan pengusaha untuk membangun reputasi dan menciptakan peluang baru.
Tentunya, antara "flexing" dan "personal branding", ada beberapa persamaan. Keduanya memanfaatkan media sosial sebagai platform untuk mempromosikan diri. Keduanya berusaha menciptakan citra atau persona tertentu di mata publik. Akan tetapi, tujuan dan cara mereka mencapai tujuan tersebut berbeda, sehingga perlu untuk memahami perbedaan personal branding dan flexing perbedaan personal branding
Perbedaan Flexing VS Personal Branding
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu melihat beberapa aspek yang membedakan antara "flexing" dan "personal branding":-
1. Tujuan
Flexing cenderung dilakukan untuk mencari pengakuan dan validasi dari orang lain, sementara personal branding lebih berorientasi pada pengembangan karir dan penciptaan peluang.
-
2. Fokus Konten
Flexing biasanya lebih bersifat superficial dan berfokus pada materi, sementara personal branding lebih berfokus pada nilai-nilai dan keahlian individu.
-
3. Dampak Yang Ditimbulkan
Flexing bisa menimbulkan tekanan sosial dan perbandingan yang tidak sehat, sementara personal branding cenderung menginspirasi dan membangun hubungan yang positif.
-
4. Durasi
Flexing biasanya sementara dan bergantung pada apa yang seseorang miliki, sementara personal branding berlangsung lama dan terus berkembang seiring waktu.
-
5. Kompetensi Yang Ditunjukkan
Flexing biasanya berfokus pada kekayaan dan gaya hidup mewah, sementara personal branding berfokus pada pengalaman, keahlian, dan visi individu.
Maka dari itu, penting untuk tidak bingung dan terjebak oleh orang-orang yang salah. Seringkali, orang-orang yang melakukan "flexing" dapat memanipulasi realitas dan menciptakan citra yang tidak sepenuhnya benar. Menurut warganet, penting untuk selalu skeptis dan kritis terhadap apa yang kita lihat di media sosial.
"Your brand is what people say about you when you're not in the room."
"Your brand is what people say about you when you're not in the room."
Cara Membedakan Postingan Flexing vs Personal Branding
-
1. Perhatikan Tujuan Postingan
Ketika melihat postingan seseorang, identifikasi terlebih dahulu tujuan dari postingan tersebut. Apakah postingan itu bertujuan untuk memamerkan kekayaan atau prestasi atau apakah postingan itu bertujuan untuk membagikan materi yang dimiliki atau keahlian?
Untuk menilai maksud postingan seseorang, kita dapat memperhatikannya melalui caption yang mereka bagikan. Jika bahasa yang tidak formal dan kalimat yang disampaikan tidak bernilai apapun dapat dikategorikan postingan tersebut bukan bagian dari personal branding.
-
2. Perhatikan Isi Konten Yang Dibagikan
Isi konten dari postingan merupakan hal paling penting untuk mengetahui tujuan dibagikannya suatu postingan. Apakah postingan itu lebih fokus pada materi atau lebih fokus pada individu dan visi mereka?
Postingan personal branding biasanya akan menunjukkan keterampilan mereka atau dampak dari pekerjaan dalam bentuk proses dan tidak semua postingan mereka akan tentang diri mereka sendiri, tetapi juga memberikan ruang untuk orang lain yang terlibat dalam perjalanan mereka.
Postingan personal branding akan memperlihatkan informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan passion seseorang yang mungkin bermanfaat bagi orang lain, seperti tautan ke seminar atau fakta-fakta menarik seputar bidang yang dikuasai.
-
3. Perhatikan Efek Postingan Terhadap Diri Anda
Ketiga, lihatlah efek dari postingan tersebut. Apakah setelah melihat suatu postingan, membuat Anda merasa tidak cukup atau merasa terinspirasi? Terkadang, suatu postingan akan memberikan efek yang biasa saja sampai sangat mempengaruhi kehidupan seseorang sangat signifikan.
Tentu saja, setiap orang berbeda-beda reaksinya dalam melihat suatu postingan tetapi kita harus tahu apakah seseorang membuat kita merasa kecil atau tampak toxic untuk diikuti. Jadi, pintar-pintarlah untuk menyeleksi postingan yang ada pada sosial media.
"People will forget what you said, people will forget what you did, but people will never forget how you made them feel"
Maya Angelou
-
4. Perhatikan Durasi Postingan Dibagikan
Keempat, perhatikan keberlanjutan dari postingan tersebut. Apakah postingan itu hanya menunjukkan momen sesaat atau apakah postingan itu menunjukkan perkembangan dan pertumbuhan seseorang? Alur dari postingan mereka sangat penting.
Personal branding semua tentang strategi, mereka memposting untuk mendapatkan kepercayaan dan validasi secara profesional, mereka memposting untuk menyesuaikan dengan permasalahan terbaru dan berbagi pendapat. Sedangkan flexing, dalam jangka panjang hanya terasa seperti hujan momen bahagia yang bersifat permukaan dalam hidup mereka, hal ini tidak mencerminkan realitas sebenarnya.
-
5. Perhatikan Dampak Yang Ditimbulkan Dari Postingan
Kelima, perhatikan apakah postingan tersebut menciptakan tekanan sosial atau membangun hubungan yang positif. Suatu postingan yang dibagikan pastinya menarik perhatian beberapa orang, untuk menilai postingan itu positif atau tidak dapat diperhatikan melalui komentar-komentar yang pada postingan tersebut.
Postingan yang baik biasanya mengajak orang untuk berbagi pendapat dan membuka ruang yang ramah untuk diskusi, tetapi flexing biasanya disertai oleh komentar-komentar yang agresif atau murni hiburan. Misalnya, komentar yang menunjukkan ketidakpuasan orang terhadap sikap seseorang.
Dengan memahami perbedaan antara "flexing" dan "personal branding", kita bisa lebih bijaksana dalam menggunakan media sosial dan memilih orang yang kita ikuti. Akan tetapi, yang terbaik adalah menggunakan media sosial sebagai alat untuk belajar dan tumbuh, bukan sebagai alat untuk membandingkan diri dengan orang lain atau pamer.
Kesimpulan dari artikel ini adalah baik "flexing" dan "personal branding" adalah dua cara berbeda dalam memanfaatkan media sosial. Meski ada persamaan di antara keduanya tidak dapat dipungkiri pula tetap ada perbedaan yang signifikan yang perlu kita pahami. Dengan memahami perbedaan ini, kita dapat memanfaatkan media sosial dengan cara yang lebih efektif dan sehat.
Yuk Improve Personal Branding Kamu!
Join Our Classes, Mentoring Langsung Bersama Mentor Dialogika, Konsultasikan Kebutuhan Anda Sekarang